6 Fakta Unik Ulat Sagu, Lauk Makan Siang yang Viral Karena Diejek Guru

Ulat Sagu
Sumber :
  • google image

Olret – Akhir-akhir ini, ulat sagu menjadi ramai diperbincangkan karena seorang guru yang mengejek siswanya yang makan siang dengan lauk ulat sagu. Kamu bisa membaca artikel viral tersebut dengan judul Viral! Bawa Bekal Ulat Sagu, Siswa Ini Diejek Guru

Warganet di TikTok Ramai Bela Teuku Ryan : Dia Baik, Introvert dan Sayang Keluarga

Ulat Sagu sudah lama menjadi salah satu makanan khas Papua Barat yang menggugah rasa penasaran wisatawan mancanegara. Lihatlah dan temukan manfaat kesehatan di baliknya.

Seperti provinsi lain di Indonesia Timur, Papua Barat kaya akan produksi sagu. Sumber karbohidrat ini merupakan makanan favorit masyarakat Papua. Namun selain itu, sagu bukan satu-satunya yang dikonsumsi. Ulat sagu yang banyak ditemukan di batang pohon sagu juga sudah menjadi makanan khas Papua sejak dahulu kala.

Bagi masyarakat Papua, ulat sagu merupakan salah satu makanan yang paling digemari. Khusus bagi masyarakat di daerah pesisir, ulat sagu menjadi makanan favorit. Ulat sagu telah dikonsumsi sejak zaman prasejarah. Berasal dari batang pohon sagu yang sudah tua. Ulat sagu mengandung protein dan sebagian besar berupa lemak.

Bentuknya yang khas berwarna putih dan montok membuat ulat ini mudah dikenali. Ukurannya mencapai 3-4 sentimeter dan terdapat di batang pohon sagu yang tumbang. Ulat ini akan ditemukan dalam bentuk gemuk dan berwarna kekuningan. Namun faktanya, tidak mudah menemukan ulat sagu. Hal ini tidak selalu ada.

Makanan ini terlihat ekstrim, namun wajib Anda coba jika berkesempatan berkunjung ke Papua Barat. Berdasarkan manfaat dan cara mencarinya, harga ulat sagu tergolong mahal. Berikut beberapa fakta ulat sagu yang patut Anda ketahui:

1. Makanan Utama Sejak Zaman Prasejarah

Mahasiswi Ini Rayakan Momen Wisuda Tanpa Dihadiri Orang Tua, Ada Kisah Haru Dibaliknya

Kripik Ulat sagu

Photo :
  • facebook

Ulat sagu telah ditemukan sebagai makanan pokok sejak zaman prasejarah, menurut Pusat Arkeologi Papua. Pohon sagu yang melimpah juga memanfaatkan batang, daun, dan pelepahnya untuk membangun rumah. Sementara itu, sagu, jamur sagu, dan ulat sagu juga menjadi makanan utama masyarakat Papua, misalnya di Timia.

2. Larva Kumbang Kaya Zat Besi

Bikin Haru! Wanita Ini Pinjamkan Toga ke Kakaknya yang Lulusan SMP saat Wisuda

Ulat ini merupakan larva dari kumbang penggerek Rhynchophorus ferrugineus. Ulat sagu kaya akan tepung. Setiap 100 gram ulat bulu biasanya mengandung 181 kalori dengan 6,1 gram protein dan 13,1 gram lemak.

Menurut penelitian, ulat sagu mengandung beberapa asam amino esensial, seperti asam aspartat, asam glutamat, tirosin, lisin, dan metionin.

3. Dapat Diolah Menjadi Berbagai Jenis Makanan

Ulat sagu bisa dikonsumsi langsung, namun terkadang masyarakat Papua juga mengolahnya menjadi berbagai makanan, seperti sate, keripik, gorengan, atau topping nasi goreng.

Untuk anak-anak, ulat sagu biasanya bisa dicampur dengan telur atau dijadikan isian. Mereka biasa menyantap Sate Sagu Ulat dengan papeda atau roti sagu dari pohon sagu yang ada di hutan.

4. Memiliki Banyak Manfaat Kesehatan

Ulat Sagu

Photo :
  • google image

Ulat sagu kaya akan protein tinggi. Khasiatnya dapat memperbaiki sel dan jaringan tubuh hingga mencegah berbagai penyakit. Konsumsi ulat sagu dapat mengobati penyakit malaria, menurunkan risiko asma, rematik, depresi, dan meningkatkan libido pria. Ulat sagu juga cocok dimakan oleh penderita diabetes.

Cacing sagu juga diklaim dapat mengobati penyakit serius seperti Alzheimer. Kandungan protein ulat sagu yang tinggi juga dapat meningkatkan fungsi otak dan mencegah demensia. Manfaat ini sangat penting bagi anak yang masih dalam masa perkembangan otaknya.

Asam amino yang terdapat pada ulat sagu antara lain isoleusin, leusin, histidin, dan fenilalanin. Mereka dapat membantu tubuh memproduksi hormon serotonin di otak, yang akan membantu meningkatkan mood. Hal ini juga mempunyai efek meningkatkan kualitas tidur. Cacing sagu juga baik untuk menjaga kestabilan berat badan karena kandungan proteinnya yang tinggi dapat merangsang tubuh untuk membakar lemak lebih cepat.

Dalam budaya Sentani, ulat sagu menjadi makanan wajib bagi ibu hamil. Jika ada anggota keluarga yang menemukan ulat sagu di hutan, mereka harus menyerahkannya kepada kerabatnya yang sedang hamil.

Ulat sagu memiliki banyak nutrisi yang membantu pertumbuhan janin. Selain itu, asam folat yang baik juga membantu menghindari cacat lahir. Ulat sagu juga memiliki kadar kalsium yang baik untuk memperkuat tulang janin dan memenuhi kebutuhan kalsium ibu hamil.

5. Kuliner Ekstrim

Makan ulat bulu bagi sebagian orang terdengar sangat ekstrem dan bisa jadi menggelikan. Sehingga ulat sagu masuk dalam daftar makanan ekstrim yang ada di Indonesia. Namun sebagian wisatawan yang mencicipinya mengatakan rasanya kenyal, manis, dan asin.

Sebenarnya bagi orang Papua, ulat sagu dimakan langsung, tanpa dimasak. Ini memberikan rasa dan tekstur asli.

6. Dapat Memicu Alergi

Meski memiliki rasa dan manfaat, ternyata sebagian orang belum bisa menikmati ulat sagu ini. Pasalnya, bisa memicu alergi seperti sesak napas, bentol merah, bahkan gatal-gatal. Jika Anda mengalami gejala tersebut setelah mengonsumsi ulat sagu, segera temui petugas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan.

Meski bentuknya lucu, ulat sagu menjadi salah satu superfood yang bisa ditemukan di Papua. Itu salah satu makanan yang wajib disantap para atlet Papua. Bagaimana, tertarik mencicipi ulat sagu saat berkunjung ke Papua?