Bagaimana Hukum Memuji Diri Sendiri Dalam Islam? Boleh Tak!
Olret – Memuji diri sendiri merupakan perkara yang diperbolehkan dalam Islam, hanya saja jika tidak berhati-hati maka perbuatan tersebut bisa menjerumuskan pada perilaku riya’, yaitu memperlihatkan amal kebaikan demi tujuan ingin dipuji.
Bahkan ditakutkan sikap riya’ tersebut bisa membuat seseorang sombong, yaitu sikap yang mengganggap dirinya yang paling sempurna. Allah Swt berfirman, فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ
“Maka janganlah kalian menganggap diri kalian itu suci.” (QS. An-Najm; 32)
Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar menjelaskan bahwa memuji dan menyebutkan kebaikan diri sendiri bisa dikatagorikan dalam dua macam;
Pertama, perbuatan tercela.
Menyebutkan tentang diri sendiri bisa menjadi perbuatan tercela jika dilakukan untuk membanggakan diri dan sombong terhadap orang lain. Sebagaimana disebutkan di atas.
Kedua, perbuatan terpuji.
Memuji dan menyebutkan kebaikan diri sendiri bisa menjadi hal terpuji jika dilakukan demi kemaslahatan, seperti untuk menasehati atau menunjukkan suatu hal baik, mengajarkan sesuatu yang bermanfaat, mengingatkan, untuk kemaslahatan dua belah pihak yang bertengkar, untuk membela diri dari keburukan dan sebagainya.
Dalil-dali tentang ini sangat banyak, di antaranya ucapan Nabi Yusuf dalam surah Yusuf ayat 55, اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
“Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”
Ketika itu, Nabi Yusuf membela dirinya agar lolos dari penjara saat ia ternyata satu-satunya ahli ilmu yang mampu memberikan penafsiran mimpi tentang kekeringan panjang yang akan melanda Mesir.
Juga perkataan Ustman bin Affan dalam Shahih Bukhari, tatkala rumahnya dikepung oleh rakyat yang merasa Utsman melakukan nepotisme karena sebagian besar pejabat strategis pemerintahan adalah sanak saudaranya, beliau berkata,
“Bukankah kalian tahu, bahwa Nabi Saw bersabda; ‘Siapa yang menyiapkan perbekalan tentara Usrah dalam perang tabuk dan yang mendapatkan surga?’ maka akulah yang mempersiapkannya, bukankah kalian tahu bahwa Nabi Saw telah bersabda; ‘Siapa yang mau menggali sumur umat dan mendapatkan surga?’ maka aku pun yang menggalinya.” Kemudian mereka membenarkan dengan apa yang beliau katakan.
Atau ketika Ali bin Abi Thalib dalam Shahih Muslim, beliau berkata,
”Demi Zat yang memecahkan biji-bijian dan Yang Menciptakan Makhluk hidup, sesungguhnya itu adlah janji Nabi kepadaku, bahwa tidak ada yang mencintaiku selain mukmin dan tidak ada orang yang membenciku selain orang munafik.”
Saat itu beliau melihat benih-benih pengikutnya yang mulai berpaling, yang kemudian menjadi cikal bakal kaum khawarij.
Wallahu’alam.