Setan di Belenggu, Kok Masih Ada Maksiat Di Bulan Ramadhan?
- Google Image
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ. وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَ ذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup tidak ada satu pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka tidak ada satu pintupun yang ditutup. Dan seorang penyeru menyerukan: ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.’ Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap malam.”[2]
Akan tetapi kita melihat tetap ada maksiat selama bulan Ramadhan?
Setan benar-benar dibelenggu dengan makna dzahir
Ulama berpendapat bahwa makna dibelenggu adalah makna dzahir bukan kiasan. Artinya setan benar-benar di belenggu akan tetapi tetap ada maksiat, maka ulama juga menjawab hal ini.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,
ومثل هذا الحديث من الأمور الغيبية التي موقفنا منها التسليم والتصديق، وأن لا نتكلم فيما وراء ذلك، فإن هذا أسلم لدين المرء وأحسن عاقبة، ولهذا لما قال عبد الله ابن الإمام أحمد بن حنبل لأبيه: إن الإنسان يصرع في رمضان. قال الإمام: هكذا الحديث ولا تكلم في ذا. ثم إن الظاهر تصفيدهم عن إغواء الناس
“Semisal hadits ini merupakan perkara ghaib, maka sikap kita adalah menerima dan membenarkan. Kita tidak mencari-cari apa dibelakang itu (mencari-cari takwil tidak benar, pent). Karena sikap ini lebih selamat bagi agama seseorang dan lebih baik hasilnya.