Part 4 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan

alasan mendaki gunung merbabu
Sumber :
  • https://ngayap.com/

Kami kembali dicekam ketakutan dan mulai menangis melihat dua orang yang kami tuakan sedang bergumul.

Part 2 : Teror Pasangan Pendaki Mistis di Gunung Ciremai

Ketika akhirnya Bang Amran mulai tenang, kami berinisiatif membantu memegangi tubuhnya. Kekhawatiranku adalah jika Bang Amran melompat ke jurang di sisi kiri kami. Walau sudah tak bergerak, tapi Bang Amran tak berhenti tertawa dan bernyanyi sambil terus-terusan memelototi kami. Sesekali dia mengomel dengan bahasa Jawa, lain waktu dia menangis seperti perempuan.

"Semua doa," Perintah Bang Idan, "Nes, Yun, kamu juga berdoa menurut caramu."

Part 1 : Teror Pasangan Pendaki Mistis di Gunung Ciremai

Tidak ada satu pun dari kami yang mengerti cara menghadapi orang kesurupan. Yang bisa kulakukan hanya istighfar tanpa henti. Kudengar Anes dan Yuni juga mengulang-ulang doa yang sama, memohon pertolongan pada Tuhan Yesus.

Dan seperti sebelumnya, tiap kali ada kejadian, sekeliling kami riuh dengan berbagai suara dan tawa cekikikan seakan mengejek. Aku sempat melihat sekilas ke pohon besar di belakang kami, tapi aku langsung membuang muka. Disana berkumpul banyak Kuntilanak, pocong dan genderuwo.

Part 2 (End) : Bertemu Dengan Dewi, Pendaki Wanita Serba Pucat di Gunung Arjuno

Sadar karena tak bisa berlama-lama ditempat seperti ini, Bang Idan memegangi Bang Amran dan mulai berjalan lagi. Senter diserahkan pada Anes yang terpaksa berjalan paling belakang.

Beberapa kali Bang Amran tersadar dan bertanya pada Bang Idan, "heh kenapa aku Das?"

Tapi tak lama, dia mulai kesurupan lagi. Matanya kembali melotot dan marah-marah menebarkan ancaman, bahwa kami tak akan bisa selamat dari gunung ini. Sesekali dia juga berkata dengan marah.

"TINGGALKAN! TINGGALKAN!! KALIAN HARUS TINGGALKAN DISINI!! "

Tapi kami tak mengerti maksudnya, apa yang ditinggalkan? Atau siapa yang ditinggalkan? Bang Idan memberi kode agar kami mengabaikan saja ocehan Bang Amran. Ucapan itu dia ulang terus, tapi kami tak menghiraukannya. Tak lama berjalan, kami tiba di sebuah tempat yang lumayan datar di bawah sebuah pohon. Tempat datar itu kira-kira sekitar satu meter persegi. Disitu kami beristirahat lagi.

Halaman Selanjutnya
img_title