Part 1 : Teror Pasangan Pendaki Mistis di Gunung Ciremai

Alasan mendaki gunung sindoro
Sumber :
  • www.ngayap.com

Sebuah suara pelan terdengar, "jalan lurus aja bang, jangan tengok kekiri. Aku dan Ayu masih terus merayap pelan. Teror nyata bercampur dengan halusinasi membuat mentalku semakin lemah. Sedetik yang lalu aku melihat tangan keluar dari tanah, ternyata hanya akar. Dalam keadaan ini akhirnya aku ambruk. Suara istighfar pelan masih terdengar dari mulut Ayu.

Aku terbangun saat merasakan air segar di mulutku. Ternyata Ayu menuangkan air agar aku siuman.

Jadikan Doa Cara Terbaik Menjaganya, Bila Belum Siap Menghalalkannya

Kami mulai berjalan lagi. Keadaan sekarang berbalik. Aku yang hampir tidak punya tenaga tersisa dipapah oleh Ayu. Kelebatan-kelebatan bayangan masih terlihat diantara pohon. Disuatu tempat aku bahkan melihat kaki yang berayun-ayun. Tak berani memastikan kaki siapa, aku memejamkan mata.

Setelah melewati turunan yang agak tajam, aku melihat dikiri jalur ada tenda. Aku lega bukan main, akhirnya kami selamat. Tiga orang tampak sedang mengelilingi api unggun. Satu orang melihat kami, dia melambaikan tangan. Aku dengan gembira setengah berteriak ke Ayu. "Yu, kita mampir dulu kesitu. Ngopi, istirahat, besok aja jalan lagi. " Sambil menunjuk ke arah tenda.

Mintalah Yang Terbaik Bukan Hanya Yang Terlihat Baik Di Matamu

Tiba-tiba Ayu menamparku dengan keras sambil berteriak-teriak histeris, "di, sadar di! Istighfar!! Ngga ada apa-apa disitu!! " Tiga orang itu sekarang semuanya melambai-lambai memanggil. "Itu ada orang Yu, ayo kesana. ngga enak, udah dipanggil-panggil. Ayo Yu... "

Ayu menamparku lebih keras sambil berteriak di kupingku menyuruh istighfar.

Sayangi dan Cintai Kedua Orang Tuamu, Sebelum Ajal Memisahkannya

Kali ini ketika aku menengok ke kiri ketiga orang itu sudah berjarak satu meter didekatku, sambil nyengir aneh, tiba-tiba kepala ketiganya lepas dan jatuh ketanah. Sambil cekikikan kepala tadi menggelinding ke arahku. Aku histeris dan langsung lari. Beberapa lama baru aku sadar, aku meninggalkan Ayu dibelakang. Kakiku lemas, jantung berderap kencang. Mau balik menyusul Ayu, aku kelewat takut.

Tapi tak lama kulihat Ayu berjalan turun. Begitu dekat, dia cuma menepukku mengajak jalan lagi. Aku berjalan mengikutinya dibelakang. Tapi pelan-pelan aku memperlebar jarak dengan Ayu. Terus terang aku ngga yakin, Ayu yang jalan didekatku adalah Ayu temanku. Segala doa aku panjatkan. Ada rasa, menyesal kenapa aku tidak hapal ayat kursi.

Halaman Selanjutnya
img_title