Part 1 : Teror Pasangan Pendaki Mistis di Gunung Ciremai
- www.ngayap.com
Aku mengangguk. Jadi sekarang aku jalan duluan, sementara Ayu pegangan carrierku dibelakang. Jalanan sudah gelap total. Penerangan cuma dari cahaya headlamp
Dari sudut mata aku melihat ada bayangan hitam yang berdiri di pohon, tapi waktu aku menoleh tidak ada siapapun. Lalu ada suara bisik-bisik yang jelas sekali, yang tadinya kupikir pendaki yang naik, nyatanya jalur didepan cuma kosong dan gelap tidak ada siapapun. Disini aku berdoa dalam hati mohon perlindungan.
Tiba-tiba Ayu menangis, dia jatuh terduduk, kepalanya disembunyikan di lututnya. Dalam sesenggukannya dia berulangkali menyebut pocong... Pocong .. Pocong
Mendengar itu bulu kudukku berdiri total. Kulihat segala arah dengan panik. Sosok itu tidak ada. Aku membujuk Ayu untuk berjalan lagi, sambil mengingatkan untuk berdoa. Akhirnya Ayu mau berjalan lagi setelah matanya kututup dengan buff. Dengan cara ini, Ayu tidak lagi histeris, tapi jalan kami jadi luar biasa lambat.
Sepanjang jalan aku masih terus melihat kelebatan-kelebatan hitam. Kadang semak-semak yang bergoyang sendiri. Suara-suara dalam bahasa sunda yang aku ngga ngerti artinya terdengar entah ditelinga entah suara pendaki yang terbawa angin.
Badanku gemetar ketika ada sebuah bayangan diujung jalur, dia jongkok dibawah pohon. Kali ini bayangan itu tidak hilang. Aku istighfar semakin kencang, Ayu memegang tanganku dengan erat. Semakin mendekat, kami akan terpaksa melewatinya karena sosok itu tepat di pinggir jalur.
Nyaliku habis. Aku diam ditempat. Gemetar dan keringetan. Kali ini Ayu sudah memelukku. Dia walau tidak melihat apa-apa tentu merasa ada yang ganjil. Lama aku berdiri berharap sosok itu hilang, sehingga kami bisa lewat. Tapi dia tetap disana.
Tiba-tiba punggungku ada yang menepuk. Seorang pendaki yang sedang turun. Alhamdulillah kami selamat, aku lega. Dia melambaikan tangan mengajakku jalan. Aku langsung bergerak. Sosok itu sudah hilang. Aku mengikuti pendaki ini hingga tiba-tiba dia hilang dikegelapan.