Kamu Yang Sudi Menerima Kekuranganku, Terimakasih Atas Cintamu yang Tulus
“Ngomong apa lo, Ken? Ngomong tuh natap yang diajak ngomong, bukannya ngomong muka kemana yang lo ajak ngomong dimana.” Protesku kemudian.
Keanu memutar duduknya. Menatapku. Seketika itu pula aku merasa gugup. Kupikir Keanu akan bercanda, ternyata ia benar-benar mengulanginya lagi. Apalagi sekarang teman camping yang lain juga sudah masuk tenda.
“Bella, mau jadi istri gue nggak? Ayo nikah.” Katanya kemudian. Sambil tersenyum. Anak-anak yang lain hanya berseru cie. “Jangan di jawab disini. Ntar anak-anak pada iri.”
Seminggu kemudian, aku dan Keanu bertemu di Coffe Cafe. Keanu selalu dengan gayanya seperti biasa. Celana jins dan kaos polosnya. Ia datang lebih dulu. Memesan kopi latte untuknya, dan coklat hangat untukku. Kebetulan sore ini tiba-tiba turun hujan.
“Apa yang harus lo ceritain ke gue, Bel? Gue kira gue cukup kenal sama lo makanya gue ngajakin lo nikah.”
“Gue mau lo tau apa-apa yang perlu lo tau. Termasuk tentang keluarga gue. Karena gue nggak mau nantinya lo ngeluh pas udah tau mereka kaya gimana.”
“Yaudah, gue dengerin.”