Hujan di Kota Tua Jakarta, Saksi Bisu Perjalanan Cinta Kita
- google image
Namun, ternyata itu cuma fantasiku saja. Asumsi yang kubesar-besarkan sendiri. Kusirami dia dengan harapan bahwa suatu hari kamu akan membuka hati. Ternyata apa? Kamu malah pergi mengabaikanku tanpa mengatakan apa-apa.
Aku tidak bisa melupakanmu, atau mungkin belum. Mengabaikan perasaan kukira pilihan terbaik, terlepas setiap kali turun hujan, seperti ini, ingatanku akan berhamburan. Melesat memutar kasetnya masing-masing. Berebut menarik air mataku untuk tumpah. Lagi dan lagi.
Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Jakarta tidaklah sempit untuk sebuah takdir. Akankah aku memiliki kesempatan untuk melihatmu sekali lagi? Ataukah aku cukup menitipkan pada hujan Jakarta? Berbisik pada rintik yang jatuh dari langit yang sama; aku rindu kamu, bisakah kita menjalin pertemanan sekali lagi?
Artikel ini merupakan kiriman pembaca olret dari Farah Maulida.