Kita yang Selalu Selisih Paham, Tapi Diam-Diam Mengagumi
- shutterstock
Olret – Kita terbilang pintar menyembunyikan segala sesuatu yang baru. Berusaha menyembuhkannya sendiri dan merakit rasa sakit ke hulu hati. Tidak pernah ada kata nyaman buat kita berkenalan.
Tidak ada komentar untuk segala sesuatu yang pernah kita perbuat. Cerita kita kadang menjadi omong kosong. Yang harus ditempuh dengan jarak dalam langkah kebohongan.
Semua seakan menjadi cerita yang tak perlu kita ulang. Kadang aku merasa hanya menjadi umpan dari cerita yang kau tuliskan. Kadang kala, aku menjadi konsumsi angan-angan bagi banyak orang bahwa aku sedang baik-baik saja.
Pintar memang! Caramu benar-benar diacungi jempol kemenangan! Agar nanti kau merasa paling beruntung dari segala pengalaman yang pernah kau lakukan.
Kita yang selalu berselisih paham sudah membuatku sadar bahwa kita tak layak dilanjutkan. Hanya saja aku tidak tahu harus bagaimana memulai langkah dan perjalanan tanpa kamu di dada.
Kita yang selalu berselisih paham membuatku tahu bahwa perjalanan ini memang tak layak dilanjutkan. Silahkan kau pilih jalan mana yang sesuai harapan, dan impian yang selama ini kau simpan.
Kalau Tidak Ada Lagi Kata Mungkin, Kenapa Harus Ada Kata Ingin?
Kita yang selalu menjadi mungkin untuk terus menjalin cerita. Kita yang masih percaya jika (mungkin) setiap kita menjadi doa. Tersering kali, kita yang terlalu melangit dalam melambungkan nama, membisikkan pada semesta yang telah diam dan membisu dengan jeda. Menjedalah sejenak dari sebuah kebetulan yang pernah terjadi. Menjedalah dalam heningnya hidup, jika kamu tak akan pernah menyatu.
Kita terlalu yakin jika kemungkinan-kemungkinan yang kita harapkan benar-benar tersedia dan diperuntukkan untuk setiap jiwa. Nyatanya, kita terlalu ambisius dan materialistis pada setiap kata yang terucap dan bibir yang selalu mengigil pada tahun-tahun yang berlalu. Keberadaan kita bukan lagi sama. Kemungkinan yang telah kita inginkan tidak benar-benar terjadi.
Kita mungkin bersama, ternyata inginkan berpisah. Kita mungkin merapatkan impian, nyatanya inginkan berjalan sendirian. Kita mungkin sejalan, namun malah ingin terdiam. Ya, tidak ada lagi kan? Kata-kata yang perlu kita bicarakan? Tidak ada lagi cerita yang belum terselesaikan? Tidak ada lagi komentar, atau mungkin saran dari segala pengalaman yang pernah kita bicarakan.
Silakan memilih jalan yang telah tersedia. Ada banyak pintu yang akan terbuka lebar dari kemungkinan (yang masih bersemayam) dan mengotak-atik pikiranmu di sana. Aku biarkan sendirian. Merapal lagi temu dan jalan keterpisahan yang telah terjadi ini. Agar aku semakin tahu (kemungkinan) seperti apa yang terjadi setelah perpisahan kita ini.
Sumber gambar di artikel ini menggunakan fotografi freddy dengan alamat instagram @freedayphoto