Apakah Puasa Intermiten Baik untuk Menurunkan Berat Badan?

Puasa Intermiten Baik untuk Menurunkan Berat Badan
Sumber :
  • U-Repot

OlretPuasa intermiten melibatkan pengurangan konsumsi makanan sehari-hari menjadi satu periode waktu yang dibatasi diikuti dengan periode puasa untuk sisa hari itu. Baru-baru ini, puasa intermiten telah mendapatkan popularitas di internet sebagai pendekatan penurunan berat badan yang ajaib.

5 Hal yang Perlu Kamu Ketahui Sebelum Makan Durian

Namun, sebuah penelitian yang dipublikasiakan The American Journal of Clinic Nutrition  dengan judul Effects of intermittent and continuous calorie restriction on body weight and metabolism over 50 wk: a randomized controlled trial, menemukan bahwa pola makan ini tidak lebih berhasil daripada diet tradisional dalam menurunkan berat badan. Terlepas dari ketenarannya saat ini, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ini bukanlah cara yang lebih efektif untuk menurunkan berat badan daripada metode lain.

Gambaran Umum Puasa Intermiten

Puasa Intermiten Baik untuk Menurunkan Berat Badan

Photo :
  • U-Repot
5 Makanan Kaya Probiotik Membantu Menjaga Kesehatan Usus

Puasa intermiten adalah teknik makan populer yang membatasi konsumsi kalori pada waktu tertentu atau untuk hari tertentu dalam seminggu. Metode diet ini bekerja dengan memperpanjang waktu antara saat tubuh membakar kalori dari makanan terakhir dan mulai membakar lemak.

Puasa intermiten membantu mengurangi rasa lapar dengan memperlambat metabolisme tubuh. Ada banyak cara untuk melakukan intermittent fasting, seperti makan selama delapan jam sehari dan berpuasa selama 16 jam sisanya, atau makan hanya satu kali sehari, dua hari dalam seminggu.

Menurut Penelitian Onani Dapat Mengurangi Risiko Kanker Prostat

Air diperbolehkan selama periode puasa. Namun, penting untuk diperhatikan bahwa “makan secara normal” selama periode makan tidak berarti makan berlebihan. Makan junk food berkalori tinggi, gorengan, dan makanan penutup tidak akan memberikan manfaat puasa intermiten yang diinginkan.

Puasa Intermiten dan Penurunan Berat Badan

Cara Menurunkan Berat Badan Dengan PCOS

Photo :
  • freepik.com

Banyak orang beralih ke puasa intermiten untuk membantu mereka menurunkan berat badan. Jenis puasa ini melibatkan makan lebih sedikit, artinya kamu mengonsumsi lebih sedikit kalori. Namun, kamu bisa mengatasinya dengan makan lebih banyak saat makan lainnya.

Puasa intermiten juga memiliki manfaat lain, seperti meningkatkan fungsi hormon, yang membantu penurunan berat badan. Hal ini karena penurunan kadar insulin, peningkatan kadar HGH, dan kadar norepinefrin (noradrenalin).

Ini membantu tubuh menggunakan lemak untuk energi. Selain itu, beberapa peneliti percaya bahwa puasa jangka pendek dapat meningkatkan laju metabolisme, memungkinkan membakar lebih banyak kalori daripada biasanya.

Secara keseluruhan, puasa intermiten dapat membantu meningkatkan metabolisme sekaligus mengurangi jumlah makanan yang kamu makan.

Bagaimana cara kerjanya?

Puasa intermiten adalah pola makan yang bertujuan untuk membantu orang menurunkan berat badan melalui penurunan lemak. Ini melibatkan pergantian antara periode makan dan puasa. Tidak seperti diet lainnya, puasa intermiten berfokus pada waktu makan, bukan pada apa yang dimakan.

Misalnya, protokol puasa yang populer adalah pola 16/8; ini melibatkan puasa selama 16 jam dan kemudian makan selama jendela 8 jam, seperti dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore.

Protokol puasa populer lainnya adalah pola 5:2; ini melibatkan makan makanan seimbang yang sehat lima hari seminggu dan mengurangi asupan kalori selama dua hari.

Keterbatasan Puasa Intermiten

Puasa intermiten adalah diet yang populer, tetapi tidak cocok untuk semua orang. Puasa untuk waktu yang lama dapat bermanfaat bagi penurunan berat badan tetapi juga memiliki efek samping yang merugikan.

Salah satu kelemahan potensial dari puasa intermiten adalah dapat menyebabkan kekurangan nutrisi jika waktu makan dilewati. Oleh karena itu, orang dengan kondisi tertentu sebaiknya tidak mencoba diet ini.

Ini termasuk orang-orang dengan: masalah tidur, gangguan makan atau gangguan makan di masa lalu, masalah pencernaan, diabetes tipe 1 dan sedang minum obat, terutama insulin, sedang hamil atau menyusui, menderita kanker atau sistem kekebalan yang lemah, atau sedang minum obat yang perlu menemani makanan.