Biarlah Waktu Mengubur Segenap Rindu. Sebab Dalam Ketabahan, Aku Belajar Melepasmu 

Pria Ingin Merindukanmu
Sumber :
  • freepik.com

Olret – Rintik hujan semakin deras sore ini. Aku masih terpekur di depan jendela, menyesap hawa dingin yang masuk lewat lubang-lubang dinding atau yang jatuh dari ventilasi udara yang terbuka.

Jangan Pacaran !! Karena Lamanya Pacaran Tidak Menjaminmu Ke Pelaminan

Dari sini, aku melihat jalanan yang lengang. Membuat suasana semakin syahdu. Apalagi, kala rindu ternyata masih merambati hati, meski hadirnya bagai benang tipis yang samar.

Tak ingatkah, dulu kita sering menikmati hujan seperti ini bersama. Bercanda gurau, sambil menunggu hujan itu mereda. Terkadang terpaksa berkendara di bawah hujan, karena di kejar oleh waktu dan tak ada pilihan.

Bila Dia Jodohmu, Nanti Dia Pasti Putus Sama Pacarnya dan Menikah Sama Kamu

Namun kini, aku sendirian menatap dan menikmati rintik air itu. Semuanya telah jadi kenangan. Dan biarlah waktu semakin menimbun rasa rindu yang ada dalam hati ini. Meski sampai sekarang masih terasa bergetar.

Kamu tak lagi ada di sisi. Jujur kuakui awalnya sulit, namun lewat kesabaran dan ketabahan itu, aku masih berusaha untuk merelakan semuanya yang telah terjadi.

1. Meski Semua Hanya Jadi Kenangan. Bagaimanapun Aku Tetap Menghargai Setiap Waktu Yang Pernah Kita Habiskan Bersama.

Tuhan Tolong Lembutkan Hati Dia Untuk Terimaku Seadanya

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Apalagi jika memang tidak dijodohkan sampai akhir oleh Tuhan. Sama seperti pertemuan kita.

Aku bertemu denganmu dalam pertemuan yang baik. Dan rasa itupun tumbuh dengan sendirinya tanpa ada paksaan ataupun halangan. Karenanya, aku menghargai setiap waktu yang pernah kita habiskan bersama. Sebab, terlepas dari bagaimanapun kita akhirnya berpisah, kamu pernah membuatku berharga dan merasa istimewa.

2. Namun, Sebagai Manusia Biasa, Aku Tetap Merasa Kecewa Saat Harapan Yang Dulu Sempat Aku Sematkan Tak Jadi Nyata.

Aku hanyalah manusia biasa, yang akan merasa kecewa saat usaha yang diperjuangkan selama ini gagal. Aku pun bisa marah saat dikhianati oleh orang yang paling aku percaya. Karena itu, saat kita tak bisa berakhir bersama, aku marah dan merasa tak adil pada semua hal.

Aku membencimu yang memilih pergi.  Aku membenci Tuhan karena mempertemukan dan memisahkan Tuhan. Aku membenci saat janji dan harapan yang pernah kita impikan gagal.

3. Tapi, Kini Aku Belajar Untuk Mengerti Dan Ikhlas. Meski Saat Usaha Itu, Aku Masih Sering Menangis Saat Mengingat Kamu Kembali.

Hidupku masih panjang. Aku tidak bisa berhenti dan jatuh seperti ini. Aku tidak bisa hanya jadi sebuah kegagalan dalam hidup. Ditambah lagi, ada orang-orang tulus yang berharap agar aku bahagia dan membanggakan mereka.

Oleh karena itu, aku berusaha untuk bangkit. Melakukan berbagai hal yang kuyakini mampu membuatku bahagia lagi dan mampu menyembuhkan rasa sakit. Sungguh, aku berusaha untuk ikhlas melepasmu saat itu. Walau kata ikhlas itu ternyata sulit sekali, terbukti aku masih sering menangis saat mengingat rasa kecewa dan kepergianmu lagi.

4. Sabar Dalam Melangkah. Meski Jalan Untuk Bangkit Itu Terlihat Terjal. Biarlah Tuhan Jadi Satu-Satunya Penolong.

Selama ini aku terlalu bergantung padamu dan itu memang sebuah kesalahan. Sungguh, aku sulit untuk merasa baik-baik saja. Bagaimanakah aku akan hidup untuk selanjutnya. Mampukah, aku benar-benar bangkit dan menghadapi semuanya sendirian setelah ini.

Namun, ternyata Tuhan begitu baik dengan tidak pernah membiarkan aku berjuang sendirian. Ternyata setelah kamu pergi, aku menemukan orang-orang yang lebih tulus ada di sisi. Mereka membuatku menemukan alasan untuk bangkit dan berjuang kembali.

5. Dan Kini Biarlah Luka dan Rindu Itu Terkubur Bersama Waktu. Pasti, Akan Ada Saatnya Aku Bisa Benar Benar Bahagia dan Menganggapmu Biasa Saja.

Sampai kini, rasa rindu itu masih bergetar. Apalagi tiap kali aku menemukan momen yang tepat untuk merindu dan bercengkerama dengan bayangmu. Entah sampai kapan, aku juga tak tahu. Namun, untunglah kali ini aku tidak lagi menangis dan seakan sudah terbiasa dengan ketidakhadiranmu.

Apakah rasa itu benar-benar telah lenyap? Apakah aku sudah benar-benar move on?

Sungguh aku tidak tahu. Aku hanya tahu, sekarang aku sudah bisa bahagia dan bersyukur atas hidupku. Dan membiarkan rindu itu hanya jadi kenangan masa lalu. Aku masih menikmatinya, tapi tak lagi ada hasrat menginginkannya lagi.