Menyatukan Dua Hati dan Sifat Itu Memang Berat, Tapi Kita Saling Mencoba Sayang!
Namun, kita harus belajar menciptakan dunia yang baru. Dunia kita. Sebagai orang yang menekuni kegiatan tulis menulis sejak beberapa tahun lalu. Aku pernah berkeinginan punya kekasih yang sehobi denganku.
Namun, Tuhan mengirimkan kamu kepadaku. Bukan orang yang berkegiatan menekuni tulis menulis. Kamu malah menekuni kegiatan masak-memasak. Ya, kamu suka memasak untuk orang-orang.
Suatu hari kamu pernah berkata kepadaku. Memasak membuatmu merasa bahagia. Sama seperti aku. Menulis membuatku tidak menjadi orang gila. Sejak hari itu aku mengerti satu hal lagi. Terkadang, kita tidak butuh orang yang paham dunia kita. Orang yang sekegiatan dengan kita.
Yang kita butuhkan hanyalah orang yang mau menerima dunia kita. Yang mau sama-sama belajar saling memahami. Meski sebelumnya tidak tahu apa pun satu sama lain.
Kini kita telah sepakat untuk tetap menjaga apa yang sudah kita miliki. Meski beberapa kali tetap berdebat untuk hal-hal yang belum sepenuhnya kita pahami. Tak mengapa, itu wajar saja. Selama kamu dan aku percaya satu hal. Sehebat apa pun kita berdebat, percayalah, rasa sayang yang kita punya jauh lebih besar dari itu.
Hal yang harus membuat kita kembali menyadari, kita tidak boleh lama-lama merawat emosi buruk. Agar apa-apa yang kita jaga tetap terawat dan berbahagia. Dulu, aku pernah membayangkan hidup dengan seseorang yang sama-sama menulis buku.
Namun kini, aku selalu membayangkan, kelak saat aku menulis buku. Ada seseorang yang menyediakan makanan untukku. Dan orang itu adalah kamu.