Kisah Nyata (Part 3): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet
*
Disinilah saya baru tahu, Bahwa kuntilanak itu ada laki-laki dan ada juga yang perempuan, kuntilanak laki-laki katanya lebih jahat dari pada yang perempuan, tapi apapun itu tetap saja, bagi saya mereka menyeramkan.
Kuntilanak itu kini mengikuti sepanjang perjalanan kami, walau saya tidak melihatnya, tapi saya dapat merasakan bahwa kuntilanak tersebut mengamati kami sejak tadi. Entah kesalahan apalagi yang kami perbuat kali ini, sehingga harus diikuti makhluk jadi-jadian seperti ini.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, kami belum juga sampai di Pos 3, perjalanan terasa sangat lambat, padahal kami terhitung jarang sekali berhenti semenjak kaki Panji sudah kembali pulih tadi. Suara kuntilanak itu timbul dan tenggelam, tapi pasti ada disekililing kami, mengiringi perjalanan kami disepanjang malam ini.
Tiba disebuah tanah lapang yang tidak begitu besar, sudah tertancap dua tenda disana. Ini pasti Pos 3, akhirnya kami menemui pendaki lain di gunung ini, dimana semenjak awal perjalanan, tidak ada satu pun pendaki lain bepapasan dengan kami.
“Alhamdulillaahh..sampai juga.” Ucap teman-teman kami seraya meluruskan kaki yang sejak tadi minta berhenti. Tidak terasa hampir 8 jam perjalanan kami hanya dari basecamp sampai di Pos 3 ini. Jalur yang kami lewati sebenarnya tidak terlalu terjal, tapi tidak pula landai, hanya saja terlalu penuh semak belukar.
Dua tenda yang sudah terpasang milik pendaki lain ini, terlihat begitu sepi, tanda penghuni di dalamnya sudah beristirahat dalam lelap. Namun ada yang ganjil dengan dua tenda ini, terdengar suara lantunan ayat suci Al-Quran dari dalam tenda, mungkin berasal dari salah satu Hp milik pendaki di dalamnya.