Menggapai Puncak Gunung Gede, Potongan “Surga” di Tanah Pasundan
- Viva/Idris Hasibuan
Olret – Karena hal paling penting dari sebuah pendakian bukan hanya menapaki puncak tertinggi, melainkan proyeksi diri atas segala kecakapan pribadi. Selain itu, perjalanan ke gunung, sebenarnya bukan hanya perkara menemukan, tapi perjalanan bermakna dalam demi melekatkan sebuah ikatan.
Ya, itulah arti pendakian bagi saya yang masih tergolong pendaki pemula atau mungkin saya lebih suka menyebutnya sebagai traveller. Ya, merekatkan sebuah ikatan bersama orang baru yang dikenal ketika bersua di jalur pendakian dan merekatkan hubungan dengan sahabat dengan banyolan yang keluar dari mulut begitu saja.
Kali ini saya, Rahman dan Zipta melakukan pendakian menggapai Puncak Gunung Gede. Perjuangan di dinginnya udara malam menusuk kalbu sampai dengan lelahnya mendaki menjadi cerita yang tak akan luput dari kenangan. Simak yuk cerita pendakian gunung gede ini.
Macetnya Jakarta Sampai Dinginnya Udara Bogor, Nyatanya Tak Menyurutkan Jiwa-Jiwa yang Haus Akan Nikmatnya Secangkir Kopi Hangat di Ketinggian.
Setelah tiket pendakian gunung gede sudah di tangan dan hari yang telah ditentukan telah tiba. Kami pun berangkat dari Jakarta menuju basecamp gunung gede via putri. Di mulai dari menerobos macetnya Jakarta sampai jalan raya bogor.
Memasuki kawasan bogor pun menjadi tantangan tersendiri. Udara sejuk dan hembusan angin malam di kawasan puncak nyatanya mampu masuk ke relung-relung badan yang sudah di lapisi jaket. Hingga akhirnya kami pun sampai di basecamp dan istirahat semalaman untuk menyiapkan tenaga.