Kamu Yang Sudi Menerima Kekuranganku, Terimakasih Atas Cintamu yang Tulus

Mencintai dengan tulus
Sumber :
  • instagram

Olret – Kursorku berkedip-kedip tak mau berhenti, pun ia tak menuliskan apapun. Ia membiarkan lembar putih ini tetap putih. Mereka menunggu tanganku menekan tuts tuts keyboard pada setiap huruf menanti kalimat yang seharusnya ku tulis.

Rumor Samsung Galaxy S25, Bikin Naksir?

Sayangnya, aku tak memiliki ide apapun. Mataku tertuju pada ponsel biru ku yang tergeletak disamping notebook merah yang menjadi saksi betapa hecticnya proses lulusku tiga tahun yang lalu.

3 Tips Menggunakan HONOR X6b, Sederhana Namun Sangat Bermanfaat

Layar ponselku tetap gelap, tak berbunyi satu notifikasipun, bahkan lampu indikator hijaunya semakin lama membuatku semakin kesal karena nyatanya tak ada pesan darimu satupun yang masuk. Kau kemana? Kau pergi tiba-tiba seperti yang lainnya setelah ku ceritakan segalanya? Lantas, ajakanmu hari itu, kau hanya bercanda ya?

Aku menutup paksa layar notebook dihadapanku. Pergi ke dapur untuk mengambil minum. Ku pikir aku perlu air untuk mendinginkan pikiranku sendiri.

HONOR 200: Teknologi Puncak di Segmen Kelas Menengah, Melampaui Ekspektasi

Di tengah tegukan air minumku yang kedua, aku mendengar suara ketukan. Ragu-ragu aku menghampiri pintu. Hanya saja tiba-tiba kudengar suara kucing yang sedang bertengkar di luar. Ah, aku tak berharap kau yang mengetuk pintuku barusan. Jika memang kau mau pergi yasudah pergi saja. Kenapa harus bercanda begini?

Aku kembali melangkahkan kakiku menuju dapur, membuka kulkas dan mengembalikan botol minum yang tadi kuambil. Persetan dengan siapa yang mengetuk pintu barusan. Siapa peduli. Aku hanya perlu lebih fokus, deadline artikelku sudah didepan mata dan aku tak punya ide sama sekali.

Aku melangkahkan kaki masuk kekamarku kembali. Mengambil gitar di pojok kamar yang telah lama tak ku mainkan. Gitar akustik yang kubeli dengan corak yang sama dengan miliknya saat ia baru saja lulus kuliah enam tahun lalu.

“Kalau kangen, mainin gitarnya. Soalnya nggak selamanya bulan sama bintang bakalan muncul di langitkan? Aku nggak janji bakalan bisa nemenin kamu terus, jadi kalau kangen obatin sendiri pake gitar ini ya.” Katanya hari itu.

“Tapi kan ini pake uangku.”

“Yaudah, nanti bertukar gitar. Mau? Tapi kamu dapet bekas dong kalau akhirnya tukeran sama aku.”

Aku mengiyakan hari itu. Apa bedanya gitar bekas dan baru? Lagi pula, gitarnya selalu ia rawat dengan baik, jadi tidak terlihat jika gitarnya gitar usang. Aku memainkan lagu Andmesh Kamaleng – Cinta luar biasa. Petikan gitar menjadi musik latar setiap bulir air mataku yang jatuh malam ini.

“Ahh!! Dia kira enak apa nunggu. Harusnya bilang kalau emang mau nyerah gitu aja, atau nggak nerima aku yang emang kaya gini adanya. Bukannya malah menghilang kaya gini.” Aku menghela napas, menghentikan bermain gitar. Pikiranku perlu jernih. Deadline artikel menyadarkanku untuk kembali berpikiran waras dan tak lagi memikirkannya.

Aku menatap kursor yang masih berkedip. Baru satu paragraf yang kutuliskan. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Nomor baru. Siapa?