September Ceria Bukan Omong Kosong
Hari ini otakku kosong tetapi begitu penuh. Ide-ideku kosong. Kebingungan menyergap kala jemari hendak menulis sebuah kisah.
Tak jarang, aku begitu ingin berteriak. Menjeritkan kesenangan. Melepas kelegaan. Dan berucap harap yang terus kupupuk.
Kalian percaya dengan janji Tuhan, kan?
Aku pun terlalu mempercayainya. Hingga tak jarang, aku begitu ingin bercerita tetapi apakah bisa?
Bibirku terkatup dan lupa cara bicara. Haruskah aku membagi tau?
Pagi itu, aku lemas dan lemah. Hal yang sangat kubenci dari keadaan itu adalah otakku menyuntikkan racun untuk dicerna tubuh. Lalu Tuhan datang dan mengelus puncak kepalaku. Saat aku menoleh, kosong. Tuhan tidak ada di sana. Namun, kamu.
Kamu adalah salah satu tangan Tuhan yang hadir di tengah kegelisahanku. Aku berusaha menarik senyum. Mempercepat langkah. Tak membiarkan waktu lolos begitu saja. Dan mengunci rapat bibirku. Berharap hadirmu begitu nyata.