3 Pesan Umar Bin Khattab, Bahwa Belajar Bisa Merubah Dunia Akhiratmu
- @okyarisandi
Olret – Belajar itu sebenarnya dimulai ketika kamu keluar dari Rahim ibu, sampai waktu dimana jasadmu terkubur kembali ke dalam bumi. Sehingga, belajar itu sebenarnya selama kamu hidup, hingga napasmu terhenti.
Dan saat kamu kembali kepada Sang Pencipta, Allah Azza Wa Jalla. Selanjutnya, kamu akan mempertanggungjawabkan apa yang telah kamu pelajari dan lakukan di dunia ini.
Ditambah lagi, ilmu itu masuk dalam diri manusia melalui 3 tahapan yang harus dilewati. Jika kamu berhenti belajar di tengah jalan, kemungkinan besar, ilmu yang kamu peroleh tidak akan benar benar kamu aplikasikan dan membantumu dalam melewati proses kehidupan.
Sehingga, pahami 3 tahapan menurut sahabat Umar Bin Khattab ra ini, lalu tetap fokus belajar dan belajar.
Pertama, Jika Seseorang Memasuki Tahapan Pertama Dalam Mencari Ilmu. Dia Akan Menjadi Lebih Tahu, Tapi Sulit Untuk Tidak Sombong dan Merasa Lebih Baik
Hal ini yang paling sering terjadi saat awal awal kita baru mulai belajar, termasuk ujian yang pertama hadir, yaitu rasa sombong karena merasa lebih tahu dan lebih pintar.
Apalagi, jika kita bertemu dengan seseorang yang menurut kita sendiri, ilmunya belum mumpuni atau tak lebih tinggi. Perasaan sombong dan merasa lebih baik, itu pasti hadir dan menggelayut di dalam hati.
Padahal, rasa sombong itu merupakan ujian dari Allah, untuk menguji keteguhan hati kita dalam menuntut ilmu itu sendiri. Biasanya orang yang sudah merasa lebih baik atau sombong, merasa tidak perlu untuk menambah ilmu lagi atau lebih mencari tau.
Padahal bisa jadi, dia baru melihat ilmu itu dari satu kondisi atau dari satu sisi keilmuan saja. Masih banyak yang belum benar benar dia mengerti dan pahami. Namun, sudah berani mengharamkan dan mencemooh sesuatu hal atau perbuatan yang dilakukan orang lain.
Hal inilah, yang harus sedari awal dihindari saat kamu mencari atau belajar suatu ilmu pengetahuan. Ingat dunia itu luas dan diatas langit masih ada langit. Jadi, jangan berhenti mencari ilmu, apalagi menyombongkannya. Belajarlah lagi, agar mata hatimu lebih terbuka, legowo dan mengerti, sebelum menjudge atau menilai sesuatu.
Kedua, Jika Dia Memasuki Tahap Kedua Dalam Mencari Ilmu. Dia Akan Lebih Merasa Tawadhu’ (Rendah Hati)
Ungkapan “Padi semakin berisi semakin menunduk” dan “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” memang benar adanya, khususnya untuk orang yang sedang mencari ilmu, juga jati dirinya.
Seseorang yang benar benar mengerti suatu keilmuan, memahaminya, bahkan mengaplikasikannya dalam kehidupan, akan sangat berhati hati dalam bertindak maupun bertanduk.
Seakan-akan, dia merasa, jika sampai salah melangkah dan berucap, ilmu yang diperolehnya akan menjadi api yang siap membakar dirinya sendiri, atau dosa yang harus dipertanggung jawabkan nanti.
Sehingga, daripada banyak mengoceh dan bertindak tidak jelas, dia lebih banyak diam dan mendengarkan sungguh-sungguh suatu masalah. Tidak terburu-buru dalam menghakimi dan mengambil keputusan, namun lebih senang memusyawarahkannya dan tabbayun terlebih dahulu, Bahkan jika diperlukan, juga mengistikharahkannya untuk meminta petunjuk Allah SWT.
Berbeda dari orang yang baru mempelajari ilmu, tapi menyombongkannya seakan benar benar tahu. Seseorang sudah memasuki tahap kedua ini, justru lebih rendah diri dan merasa ilmunya masih begitu rendah untuk disombongkan. Dia mengerti bahwa ilmu yang dimilikinya tak lebih luas dari pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT.
Ketiga, Dan Jika Memasuki Tahap Ketiga Dalam Mencari Ilmu. Justru Dia Akan Merasa Dirinya Tidak Ada Apa-Apanya.
Selanjutnya, setelah merasa tawadhu’, rendah diri. Selanjutnya, seseorang yang tidak pernah berhenti belajar, akan menyadari bahwa begitu kecilnya dirinya di hadapan Allah SWT. Ilmu yang dimiliki hanya secuil, dari luasnya ilmu pengetahuan yang Allah anugerahkan dalam setiap sisi kehidupan.
Sehingga, bukannya menyerah dan berhenti, dia akan terus berusaha untuk menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki, semakin haus untuk mengenal dunia dan segala sisinya. Dan tidak akan lagi merasa lebih hebat daripada siapapun. Sebab sadar, bahwa ilmunya bisa menjadi dosa dan kekhilafan untuk dirinya sendiri.