Kisah Nyata (Part 6-End): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • instagram

Olret – Entah makhluk apa lagi yang akan kami hadapi di depan, kami hanya mampu berdoa dalam hati, agar Allah menjaga kami dari kemisteriusan malam ini. Kisah Nyata (Part 5): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Jika Keyakinanmu Kepada Allah Selalu Besar, Insyaallah Kamu Tak Kecewa

**

Kuntilanak itu sepertinya terus mengamati kami, namun seperti tidak ingin ambil pusing, kami tidak menghiraukannya. Biarlah selama makhluk itu diam saja, kami sepertinya tidak perlu khawatir.

4 Cara Mengusi Kebosanan Dengan Ampuh, Bisa Menghibur Juga

Kurang dari 10 menit kami berada di Pos ini. Pak Sakri meminta kami bergegas karena perjalanan masih jauh. Kembali menapaki jalur, masih dengan posisi yang sama, Asep, Usep Widi, Saya, Fahmi, Bang Epps dan Panji Serta Pak Sakri berada di posisi paling belakang.

Tak berapa lama Pak Sakri lagi-lagi berbiacara sendiri, kali ini, saya melihat kepanikan diwajahnya. “Sana!, tuh ambil tuh, saya ga butuh!.” Ucap Pak Sakri seraya melemparkan sesuatu. Kini saya tidak ingin banyak bertanya, pura-pura tidak tahu seperti nya tindakan paling bijak saat ini.

Belajar Diam Itu Lebih Baik, Apalagi Jika Sedang Menghadapi 5 Situasi Ini

“Ga usah ikut-ikut, tuh ambil sana, saya ga butuh!” Seru nya lagi. Pak Sakri terlihat marah pada seseorang namun lagi-lagi entah siapa. Walau terlihat marah, raut khawatir tak terelakkan dari wajahnya. “Ambil tuh kemenyan! kemenyan begitu doang aja.” Tambahnya sambil kembali melemparkan sesuatu. Kami tidak bertanya, namun sepertinya Pak Sakri paham bahwa kami ingin tahu, ada apa sebenarnya.

Kenapa dari sebelum Pos 2 sampai kami melewatinya, Pak Sakri bertingkah seperti ini?. “Itu, ngikutin, gara-gara kemenyan saya bawa pulang.” Jelasnya. Entah makhluk apa yang dimaksud Pak Sakri yang mengikuti kami saat ini, yang pasti setelah mendengar itu, kini doa-doa tak putus dari mulut kami.

Tak berapa lama, setelah Pak Sakri reda dari amarah dan lemparan kemenyan, kini Pak Sakri kembali disibukkan oleh makhluk lain.

“Saya pindah ke depan!” Ucapnya tiba-tiba. Spontan raut wajah panik terlihat dari wajah Panji dan Bang Epps karena artinya sekarang mereka lah yang berada di posisi paling belakang. “Ada anak kecil di atas tas Widi.” Bisik Panji.

Sedikit tercengang, saya berjalan tepat di belakang Widi tapi saya tidak melihat siapa-siapa disana, entahlah kini saya sendiri bingung, perasaan seperti apa yang saya rasakan, panik mungkin tapi selama makhluk itu tak terlihat saya sepertinya masih cukup tenang.

Halaman Selanjutnya
img_title