Kisah Nyata (Part 6-End): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • instagram

Kami harus sedikit meperlambat langkah kami, namun Pak Sakri meminta kami untuk bergegas karena hari sudah semakin larut. Headlamp hanya beberapa yang menyalanya, makin memperlambat langkah kami.

Belajar Diam Itu Lebih Baik, Apalagi Jika Sedang Menghadapi 5 Situasi Ini

Saya harus menuntun Fahmi yang kakinya kian terasa sakit, begitu juga dengan Bang Epps yang kini harus menuntun Panji. Semak-semak ini sempat membingungkan, jalur tidak terlihat dengan jelas. Untung lah Pak Sakri sepertinya sudah hapal dengan jalur ini.

“Puter balik!” Seru Pak Sakri. Owh tidak, ternyata Pak Sakri pun tidak begitu mengenal jalur ini, pikir saya. “Kurang ajar, orang disasar-sasarin.” Ucap Pak Sakri kesal. “Harusnya lewat sini, kurang ajar itu setan.” Gerutunya.

Jangan Iri Melihat Kesuksesan Orang Lain, Yakinlah Kamu Juga Akan Sukses

Ya, ternyata makluk-makhluk ghaib tersebut belum puas mengganggu kami. Jalur yang tadinya satu kini menjadi dua dan kami mengambil jalur yang salah, untunglah Pak Sakri segera menyadarinya.

Kami kembali masuk hutan, kembali menapaki jalan setapak, tiba-tiba Asep dan Usep menghentikan langkahnya, hampir saja kami bertabrakan karna saya tidak melihat mereka berhenti, maklum sepanjang perjalanan, sejak kejadian-kejadian tadi, saya tidak berani melihat kedepan, hanya berani menundukan kepala dan sesekali menengok ke belakang untuk membantu Fahmi berjalan.

“Ada apa, kok berhenti.” Tanya Panji dan Bang Epps bersamaan. “Ga tau.” Jawab ku. “Sep ada apa?.” Tanya ku kini pada Usep.

Istiqomah Hijrah Memang Tak Mudah Tapi Dengan Tekat Semua Akan Bisa

Usep, Asep, dan Widi hanya menggeleng sambil melemparkan pandang ke arah Pak Sakri. Pak Sakri terlihat mendatangi sebuah pohon. Bukan pohon besar, hanya pohon berukuran sedang, yang dikelilingi semak belukar dan tumbuhan lain disekelilingnya, sama layaknya pohon lain di hutan ini.

“Kulonuwon, kulo bade izin, niki kulo damel sekeluarga kulo saking Jakarta. Tolong ijinkan lewat, sampean boten nopo-nopo kok, sampean boten enten maksud nopo-nopo, sampean tensih dolanan, tolong boten diganggu.”

“(Permisi, kami ini cuma numpang lewat, tolong jangan diganggu, ini semua masih keluarga dari Jakarta, mereka kesini gak ada maksud apa-apa, cuma sedang main saja. Tolong diijinkan lewat, jangan diganggu).”

Ucap Pak Sakri pada Pohon itu. Kami hanya tertegun melihatnya. Saya pribadi ini kali pertama menyaksikan kejadian seperti ini. Seseorang berbicara kepada sebuah pohon, hal yang sangat aneh untuk kami.

Halaman Selanjutnya
img_title