Kisah Nyata (Part 6-End): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • instagram

Pak Sakri berlalu ke depan, dengan membawa sebatang pohon kecil yang digunakan untuk menopang sekaligus membuka jalan, karena memang jalur ini sangat penuh dengan semak belukar.

Belajar Diam Itu Lebih Baik, Apalagi Jika Sedang Menghadapi 5 Situasi Ini

Perpindahan posisi Pak Sakri bertujuan untuk menjaga agar sesuatu hal tidak terjadi pada Widi yang kini sedang dalam keadan Haid yang memang sangat disukai oleh para mahkluk ghaib.

Kami berjalan, kini tanpa bicara sedikit pun, kecuali ada hal yang benar-benar penting. Bayang-bayang sosok anak kecil yang berada diatas tas Widi, tidak saya hiraukan lagi. Gelapnya malam ini, membuat keadaan kian mencakam. Jalur yang kami lalui masih sama, jalan setapak, yang kanan kirinya penuh pepohonan dan semak belukar.

Ditengah keheningan, tiba-tiba saya mendengar suara gemerisik dari semak-semak. Ternyata benar, ada sesuatu disana.

Jangan Iri Melihat Kesuksesan Orang Lain, Yakinlah Kamu Juga Akan Sukses

Makhluk kerdil mirip Smeagol di film Lord of The Rings melompat –lompat di samping kami. Ia asik melompat ke kanan dan ke kiri bermain-main di semak-semak yang seolah menjadi area bermain baginya.

Makhluk apa lagi ini?? Gumam ku dalam hati. Kini mata ku tak sanggup lagi melihat kedepan, hanya menunduk dan melihat langkah kaki ini saja yang bisa saya lakukan. Namun, mata manusia biasa ini tetap saja dapat melihat makhluk kerdil itu, sesekali makhluk itu berhenti tepat di pinggir jalur yang pastinya akan kami lewati.

Istiqomah Hijrah Memang Tak Mudah Tapi Dengan Tekat Semua Akan Bisa

Mata ini terpejam ketika sosok kerdil itu terlihat mematung menunggu kedatangan kami. Doa tak putus dari mulut ini seraya memohon keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT. Pikiran saya berkecamuk, bagaimana kalau makhluk kerdil itu, tiba-tiba saja melompat kepada kami? atau menarik lengan ini ketika melintas dihadapannya? Jarak saya dengan makhluk kerdil tersebut tidak lebih dari satu jengkal.

Saya melewatinya, syukurlah tidak terjadi apa-apa, makhluk itu tetap terdiam disana, dan kembali melompat di semak-semak. Seperti tidak mau pergi makhluk kerdil itu terus membuntuti kami hingga pada suatu titik kami terhenti. ‘kHihihihihihihi’…Sebuah suara mengagetkan kami, terdengar sangat jelas, dekat sekali seperti ada dihadapan kami.

Kami menengadah, mencari sumber suara itu, namun hanya kekosongan yang kami dapat. Bisik-bisik diantara kami, “Suara apa itu?” Usep mendengarnya seperti suara domba, namun terdengar juga seperti suara ringkik kuda sedangkan saya sendiri mengira itu tawa kuntilanak. Sejenak kami saling pandang, kami tahu, kami memiliki pertanyaan yang sama. Makhluk apalagi yang kami hadapi sekarang?. Manusia kerdil yang tadi mengikuti kami, sudah tidak ada lagi, kini kami dihadapkan oleh makhluk ghaib yang lain.

Tak sadar kami terpaku cukup lama, Usep menyadarkan kami, dengan teriakannya, memberi tahu, di depan kami adalah pos 1.

Halaman Selanjutnya
img_title