Kisah Nyata : Misteri Pendaki Tanpa Kepala di Gunung Sumbing
- ngayap.com
Dari belakang juga terdengar ramainya pendaki lain tapi setelah aku tunggu tak kunjung datang. Hawa mistis mulai terasa apalagi suara burung gagak yang membuat bulu kudukku berdiri.
Entah karna kedinginan atau itu benar-benar nyata aku dan temanku melihat sosok bola api yang terbang melintas persis diatas saya, kalau ditempatku tinggal disebut Banas Pati. aku bersama temankupun bergegas melangkah, jatuh bangun ditengah kegelapan apalagi senter temanku mati. Alhasil cuma senterku saja yang berfungsi.
Sekitar jam 09.00 malam akhirnya aku dan temanku sampai juga di pos 3. Di pos 3 sududah ramai pendaki dan tenda-tenda berjejer rapi. Aku dan temanku lantas mencari tempat istirahat dan menenangkan pikiran.
Setelah fikiran tenang dan tengah terkumpul aku mulai memasak air buat kopi dan mie instan. Setelah makan dan minum kopi aku dan temanku lantas menjalankan kewajiban Sholat Isya'. Aku tak mendirikan tenda di pos 3 melainkan mendirikan tenda di pos 4 sesuai rencana awal sebelum mendaki dimana pos 4 menjadi kesepakatan pendirian tenda. Sekitar 09:30 kami melanjutkan perjalanan meninggalkan pos 3.
Dalam perjalanan menuju pos 4 tak ada halangan-halangan yang berarti karena banyak teman pendaki lain bersama kami menuju pos 4. Sekitar jam 10:45 malam akhirnya kami nyampai di pos 4. Sesampainya di pos 4 aku dan temanku segera mendirikan tenda dan memasak air.
Jam 11.00 wib, aku dan temanku masuk dalam tenda untuk tidur karena rencana 04:00 pagi menuju Puncak Sejati. Jam 03:00 pagi aku dan temanku bangun untuk masak agar stamina pulih lagi. Tepat pukul 04:00 pagi akhirnya aku dan temanku melanjutkan perjalanan menuju puncak sejati.
Suasana ramai para pendaki menuju puncak, baru saja berjalan kira-kira 30 menitan kami diterjang badai dan kabut tebal. Aku dan temanku sempat diterjang badai hingga terbawa sekitar 50 meter dari jalur pendakian menuju puncak.