Bagi Para Pekerja, Inilah 5 Tanda Pimpinan Toxic di Tempat Kerja

Tanda Pimpinan Toxic
Sumber :
  • https://unsplash.com/@icons8

Olret – Bagi para pencari nafkah atau pekerja, banyak serba serbi pengalaman di tempat mereka bekerja. Mulai dari pengalaman baik seperti penghasilan yang besar misalnya, atau pengalaman buruk soal kurangnya kesejahteraan di tempat kerja.

6 Kalimat yang Dilarang Diucapkan di Kantor Agar Terhindar Masalah

Dari sekian banyak cerita tak mengenakan di dunia kerja, kebanyak keluhan pekerja yaitu soal karakter pimpinan yang tidak sesuai, pimpinan yang toxic salah satunya. Berikut kami rangkum tanda pimpinan toxic di kantor mu.

1. Tidak mempedulikan kesehatan mental karyawan

Kesehatan mental masih sering sekali diabaikan oleh kebanyakan orang. Bahkan pagi para pekerja tak sedikit yang merasakan mungkin hal sepele seperti sakit kepala, mudah lupa, tidak fokus, dan gejala sakit ringan lainnya.

Kerjaan Bikin Stres? Ikuti Tips-tips Ampuh Kurangi Stres di Kantor Ini!

Namun sebenarnya jika terjadi berulang dan berkepanjangan, bisa jadi itu bukan penyakit fisik melainkan timbul dari stres yang menyebabkan psikosomatis.

Pimpinan yang masa bodoh dengan kesehatan mental karyawan, seakan menganggap kalau karyawan merasakan sakit itu hanya untuk alasan saja agar mengundur pekerjaan.

Bukan Kamu Yang Hebat, Tapi Karena Allah Yang Mudahkan Segala Urusanmu

Tak sedikit juga para pekerja yang merasakan panic attack setiap kali akan berhadapan dengan pimpinan. Namun bagi pimpinan hal demikian dianggap karyawan tidak dewasa dalam menghadapi tantangan dalam pekerjaan.

Jadi bagi pimpinan yang toxic, stres dalam bekerja sudah dianggap hal lumrah dan risiko dari pekerjaan itu sendiri.

2.Memberi tugas di saat karyawan sedang dalam masa cuti

Cuti menjadi salah satu hak karyawan, tapi tidak semua pekerja dapat merasakan cuti selain libur nasional atau tanggal merah mingguan. Bahkan ada yang sulit sekali bagi pekerja untuk izin cuti. Kalau tidak disetujui, bisa jadi disetujui dengan bersyarat.

Misal pimpinan toxic mendadak memberikan tugas tambahan sehari sebelum karyawan cuti. Alhasil jika tidak selesai tepat waktu, mau tak mau karyawan harus membawa pekerjaannya bersamaan dengan cuti mereka.

Tujuan cuti yang seharusnya bisa menjadi jeda bagi karyawan atau mengurus sesuatu hal pribadi dan keluarga, malah dibuat tidak tenang karena mengingat deadline dari si bos.

3.Terlalu gila kerja sehingga mengorbankan waktu di luar jam kerja karyawan

Sudah menjadi tugas seorang pemimpin untuk menjalankan pekerjaannya agar mencapai target. Dan hal tersebut tidak akan terwujud tanpa kerja sama yang solid dengan karyawan.

Namun, bagi pimpinan yang toxic tidak ada kata lelah untuk mencapai target. Sebenarnya demikian bagus, namun tidak baik juga jika berlebihan. Terkadang mengajak karyawan untuk kerja lembur terus menerus, bahkan di hari libur pun masih menghubungi karyawan menanyai hal pekerjaan jika tidak dalam keadaan darurat.

Sehingga ada karyawan merasa di teror yang setiap saat si bos nya selalu menghubunginya tanpa mengetahui situasi dan kondisi.

4.Terlalu mendominasi dan tidak mau menerima pendapat pihak lain

Bagi seorang pemimpin, memberi peraturan sudah menjadi hal umum dan memang demikian yang terlihat bagi para pekerja. Tetapi sangat langka sekali ada pimpinan yang mau mendengarkan aspirasi karyawan atau pendapat dari divisi lain.

Sikap mendominasi ini yang membuat para pekerja merasa tidak nyaman. Padahal untuk mencapai tujuan pekerjaan secara bersama, perlu adanya saling bertukar pendapat atau sumbang gagasan dan ide.

5.Selalu menjadi omongan di kantor sehingga banyak karyawan mengeluh

Kalau pimpinan selalu menjadi trending topik di lingkungan kantor dengan prilakunya yang kurang mengenakan, sudah dipastikan pemimpin tersebut memiliki sikap yang toxic.

Sehingga perilakunya yang buruk sudah menjadi rahasia umum di lingkup pekerjaan, alhasil banyak karyawan yang mengeluh dan bekerjanya pun menjadi tidak semangat.

Keputusan terakhir bagi para pekerja adalah resign atau bertahan karena kebutuhan, tetapi menerima konsekuensi stres bekerja dengan pimpinan yang toxic.