Memang Ayah Tak Menyusuimu, Tapi Setiap Tetesan Keringatnya Menjadi Air Susu yang Membesarkanmu

Ayah mengurus anaknya
Sumber :
  • freepik.com

Olret – Pembaca yang budiman, sering – kali kita menyangka ayah kita menggambarkan bentuk tegar dan juga pula tidak pernah menangis. bentuk yang tidak pernah bersedih terlebih lagi tidak dapat jadi bersedih. namun apakah benar benar seragam itu?.

Timnas Vietnam Menghadapi Situasi 'Setengah Tertawa, Setengah Menangis' di Korea

dapat jadi ibu lebih kerap menelepon buat menanyakan keadaanku masing-masing hari, namun apakah aku tahu, bahwa sebetulnya ayah yang menegaskan ibu buat meneleponku?

Semasa kecil, ibukulah yang lebih sering menggendongku. namun apakah aku tau bahwa ketika ayah berulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang tetap menanyakan apa yang aku jalani seharian, meski ia tidak bertanya langsung kepadaku karna saking letihnya mencari nafkah dan juga pula melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku.

Agus Salim Bicara Ladang Pahala : Setiap yang Kita Sedekahkan Sama Orang, Itu Ladang Pahala

disaat aku sakit demam, ayah membentakku “sudah diberitahu, jangan minum es! ” kemudian aku merengut menjauhi ayahku dan juga pula menangis didepan ibu.

namun apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai ia hanya mampu menggigit bibir menahan kesakitanku.

Kata Agus Salim Sambil Menangis : Kalian Harus Ikhlas, Itu Ladang Pahala Bagi Kalian

ketika aku anak muda, aku meminta izin buat keluar malam. ayah dengan tegas berkata “tidak boleh! ”sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin melindungi aku, ia lebih tahu dunia luar, dibandingkan aku terlebih lagi ibuku?

karna buat ayah, aku menggambarkan sesuatu yang sangat berharga. disaat aku sudah dipercayai olehnya, ayah pula melonggarkan peraturannya.

sampai kadang aku melanggar kepercayaannya. ayahlah yang setia menunggu aku diruang tamu dengan rasa sangat risau, terlebih lagi sampai menyuruh ibu buat mengontak sebagian temannya buat menanyakan keadaanku, ”dimana, dan juga pula lagi apa aku diluar sana. ”

sehabis aku berumur, meski ibu yang mengantar aku ke sekolah buat belajar, namun paham kah aku, bahwa ayahlah yang berkata: ibu, temanilah anakmu, aku berangkat mencari nafkah dulu buat kita bertepatan.

disaat aku merengek memerlukan ini – itu, buat keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, ia memenuhinya, dan juga pula cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, sedangkan itu gajiku pas – pasan dan juga pula sudah tidak ada lagi tempat buat meminjam.

disaat aku berjaya. ayah menggambarkan orang pertama yang berdiri dan juga pula bertepuk tangan untukku. ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku dikala ini sukses. ” meski kadang aku cuma mampu membelikan baju koko itu pula cuma setahun sekali. ayah bakal tersenyum dengan bangga.

dalam sujudnya ayah pula tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. sampai ketika nanti aku menghasilkan jodohku, ayahku bakal sangat berhati – hati mengizinkannya.

dan juga pula akhirnya, disaat ayah melihatku duduk diatas pelaminan bertepatan pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia. kemudian pernahkah aku memergoki, bahwa ayah sempat berangkat ke balik dan juga pula menangis? ayah menangis karna ayah sangat bahagia. dan juga pula ia pula berdoa, “ya alloh, tugasku telah selesai dengan baik. bahagiakanlah putra wanita kecilku yang manis bertepatan pasangannya.

”pesan ibu ke anak buat seorang ayah”

anakku..

benar ayah tidak mengandungmu,
namun darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat dinamamu…
benar ayah tidak melahirkanmu,
benar ayah tidak menyusuimu,
namun dari keringatnyalah masing – masing tetesan yang jadi air susumu…

nak…

ayah benar tidak menjagaimu masing – masing disaat,
namun paham kah kau dalam do’anya tetap ada namamu disebutnya…
tangisan ayah dapat jadi tidak pernah kau dengar karna dia ingin terlihat kuat biar kau tidak ragu buat berlindung di lengannya dan juga pula dadanya ketika kau merasa tidak aman…

pelukan ayahmu dapat jadi tidak sehangat dan juga pula seerat bunda, karna kecintaanya dia takut tidak sanggup melepaskanmu…
dia ingin kau mandiri, biar ketika kami tiada kau sanggup hadapi segala seseorang diri..

bunda hanya ingin kau tahu nak..
bahwa cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda…
anakku…
jadi didirinya pula terdapat surga bagimu… sampai hormati dan juga pula sayangi ayahmu.