Part 1 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatra Selatan
- Youtube
Seluruh tubuhku gemetar, tapi aku tak mampu bergerak walau hanya untuk menunduk. Yang bisa kami lakukan hanya terpaku menatap senyum sinisnya. Kedua tangannya terlihat sedang memainkan sesuatu. Dan jantungku berdesir, menyadari yang ada ditangannya adalah kartu remi bergambar p0rn* milik Bang Idan.
Seiring senyumnya yang menghilang, tangannya terangkat pelan dan terlihat mengancam. Jari telunjuknya menunjuk lurus ke arah Yuni. Lalu sebuah suara terdengar, lembut tapi mengerikan.
".....Kamu punya saya.... "
Sebuah petir menyambar lagi, seketika perempuan bergaun putih itu hilang tak berbekas diiringi suara cekikikan yang menggema diantara pohon-pohon cantigi Puncak Dempo. Aku ketakutan setengah mati. Kakiku mendadak lemas dan mataku mulai panas. Yuni lebih parah. Kulihat tubuhnya gemetar tak terkendali.
Bang Idan yang paling duluan menguasai diri segera menggamit tanganku dan Yuni dan meminta kami segera bergerak.
"Ayo gerak. Ini udah ngga beres. Penghuni sini marah sama kita." Kata Bang Idan.
Setengah berlari kami bergerak menuruni jalur setapak Puncak Dempo. Tapi segera kami mulai melambat lagi. Walau hati ingin secepatnya meninggalkan tempat itu, tapi keadaan tidak mendukung.
Keadaan malam yang gelap gulita ditambah jalur berbatu yang licin karena basah dan sumber cahaya yang hanya ada didepan dan belakang malah membuat kami lebih lambat dari sebelumnya.
Tiap kali kudengar gema suara cekikikan dibalik kegelapan rimbunan pohon cantigi, kakiku secara refleks ingin segera kabur tapi berpisah dari rombongan bukan pilihan. Dari sudut mata bisa kulihat kelebatan-kelebatan sosok putih, dan aku sungguh tak ingin memastikan sosok apa itu sebenarnya.
Gerimis sudah berhenti dan bulan mengintip sedikit di balik awan. Tapi hembusan angin masih setajam silet. Aku sudah tak mampu membedakan apakah menggigil karena ketakutan atau kedinginan.