Part 9 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan
Suara itu terdengar hangat dan menenangkan. Lalu tepukan lembut pada pipiku.
"Sadar, Dek. Buka matamu. Ini Bang Idan, Dek."
Walau berat ku paksa mataku untuk membuka, kulihat Bang Idan tengah memelukku. Wajahnya terlihat panik. Airmata mengalir di kedua pipinya.
"Dek, istighfar. Nyebut, Dek. Ini Bang Idan, " Kembali dia berkata, "coba kau tengok, ini teman-temanmu, ini Ale, ini Anes."
Aku tertegun tak bereaksi apa-apa. Benarkah ini Bang Idan asli yang memelukku? Wajahnya tampak nyata, juga wajah Anes serta Ale.
Pelan-pelan ku palingkan wajahku dari mereka dan melihat ke arah jurang. Tak terlihat siapapun, yang ada hanya kabut yang bergulung-gulung. Tapi telingaku jelas menangkap suara teriakan Bang Idan dari sana memintaku kabur dan menyuruhku menjatuhkan diri ke jurang.
Yang mana yang benar? Yang mana yang harus kupercaya? Teriakan-teriakan dari bawah dan suara isak Bang Idan yang memelukku menyerbu telingaku. Lalu sebuah tamparan keras mendarat di pipiku. Dalam shock akibat rasa sakit dan pandangan yang berkunang-kunang, kudengar jelas suara teriakan Bang Amran.
"DEK, SADAR, DEK!!"
Kesadaran perlahan menguasaiku. Bang Idan menangis tersedu-sedu dan nampak terus berusaha menyadarkanku.
"Ngucap, Dik. Sadar." Suara Bang Idan kini terdengar jelas, "lihat, Dek. Ini Bang Idan. Lihat itu teman-temanmu. Ini Ale, Anes. Itu Bang Amran, itu Yuni." Sambil berkata begitu, dia mengusap-usap lembut punggungku. Di momen itu kesadaranku kembali. Mataku mendadak panas lalu tangisku pecah. Kupeluk dia dengan erat.
"Ini bener Bang Idan??" Kataku di sela tangisku.
"Iya Dek, ini Abang. Lihat ini Abang." Bang Idan meyakinkanku.
"Yang di tebing itu siapa, Bang? Aku lihat abang dan yang lain tarik-tarik aku dari bawah tebing."