Part 2 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatra Selatan
- www.ngayap.com
Aku lega karena kami sudah melewati hutan cantigi. Pohon-pohon cantigi dengan cabangnya yang kurus seperti jari-jari mayat membuatku tak nyaman. Kami mulai masuk hutan yang disepanjang jalur berisi pohon-pohon besar dan mulai rapat.
Dibelakang pohon-pohon itu kabut putih bergerak pelan. Bayangan samar pohon-pohon kurus dibalik kabut bagiku seakan hidup dan mengawasi langkah kami.
"Pin, fokus ke depan. Jangan tengok kiri kanan." Suara Bang Idan terdengar dari belakang.
"Iya bang." Aku menjawab.
Tanpa diminta sebenarnya aku pun mulai jengah dengan suasana sekitar. Kabut-kabut yang bergerak pelan diantara pohon dan rimbunan semak mengajakku berpikir yang aneh-aneh.
Lagi pula jalanan yang kian menurun curam menuntut perhatian lebih, apa lagi ditambah minim penerangan. Sering aku ragu untuk melangkah dan harus meminta di senter lebih dulu.
Lalu kurasakan bulu kudukku meremang. Dari sudut mata seringkali terlihat melintas sesuatu, tapi ku paksa pandanganku terus fokus kedepan.
Hingga tiba-tiba diluar keinginanku sendiri wajahku pelan-pelan menoleh ke samping kanan. Mataku langsung menatap dua buah kunang-kunang yang terbang kira-kita satu meter dariku. Pandanganku bagai terpaku ke arah dua cahaya kecil itu. Semakin lama kutatap, cahaya kecil itu pelan-pelan semakin membesar. Tubuhku langsung kaku ketika menyadari itu bukanlah kunang-kunang, melainkan sepasang mata berwarna merah menyala.